Kini dari sisimu..
Keputusan
terakhir kita pada saat itu, oh keputusan mu untuk kita. Bukan kah itu yang
terbaik? Ada apa dengan mu? Semua pesan singkat itu tak menjelaskan
apa-apa, apakah tentang air mata atau tentang bahagia.
Aku tetap mengamatimu dari
jarak yang cukup jauh,tanpa harus ada kata atau tatap mata.
Aku rindu dengan ego mu,
aku rindu setiap celotehan mu untuk ku dan setiap “tatap muka” dalam kita. Ku
pikir kau telah bahagia dengannya, sosok yang telah menggeser ku dari kata
kita. Sudah ku katakan bahagia mu bagian dari bahagia ku, aku pikir dia
lebih baik dari ku. Ini semua bukan tanpa alasan, Dia adalah salah satu orang
terdekat mu dalam hati maupun jarak.. tak sepertiku. dia adalah salah
satu orang yang ada dalam wujud fisik dan batin saat kau butuh… tak sepertiku.
Tak jarang ratusan pesan
singkat dari mu yang telah ku simpan ,ku baca satu persatu
tak jarang pula ku buka
kembali setiap kejadian menyenangkan yang telah kita abadikan dalam puluhan
lukisan foto.
Aku
memang telah menggenggam tangan lain ,ini masih terasa berbeda saat ku genggam
tangan mu selama 2 tahun terakhir…
Ku lakukan ini semata karna
aku tak ingin mengganggu kalian. Jujur, saat tak ada yang menggantikan
posisimu, aku akan terus memikirkan mu.. yang bukan milik ku lagi. Sudah cukup
ku buat kau menangis sendirian, kau tersiksa pikirku. Aku bersyair dalam doa
untuk kalian yang akan berdansa dalam kebahagiaan, bukankah kau mendoakan hal
yang sama untuk kami di sini? Hanya satu yang ingin ku tahu dari kita, apakah
kita bersama lagi dalam kesendirian esok hari?
Apa kabar mu? Aku merindukanmu.
Kini dari sisiku..
Entahlah, dia hadir di saat yang sangat tepat. Saat banyak sekali pertengkaran
yang hadir dalam kita, saat cuek menyelimuti mu, saat dingin menggapaimu dan
saat setiap waktu mu untuk ku yang mulai menghilang. Bukan kah harusnya kau
mengerti aku membutuhkan mu.. . dulu, aku juga sering berkata demikian dan
sudah ku peringatkan bahwa kau membuka celah untuk orang baru dan hanya kau
hiraukan.
Aku ada di titik penghabisan ,saat menghadapimu dengan segala dunia mu tanpa
aku. Ini begitu menyakitkan, membiarkan segalanya pergi. Aku terluka walau tak
ku katakan.
Apakah salah mencoba
membuka bagian baru dalam hidupku? Aku lelah..
Ya memang dia membuat ku
bahagia. Ku yakin kau telah bahagia pula disana… tanpa aku.
Setiap orang berbagi dengan
caranya sendiri, begitu pula kau dan dia. Aku memang bahagia.
Entah ini apa namanya, aku memikirkan mu atau merindukan mu. Kabar mu yang tak
kunjung hadir setelah hari itu terlewati membuatku tersiksa. Masih ada kah aku
di dalam pikiranmu? Hmm.
Kembali pada pandanganku,
setiap orang berbagi dengan caranya sendiri. Aku bahagia dengan miliku kini,
namun nyatanya kami berpisah. Mengapa? Tidak bahagia? Bukan, hanya saja kurang
pas dengan caraku.
Aku takut ini suatu tanda, saat aku mulai lebih sering menyebut namamu kembali,
saat aku di hujani rasa rindu yang menggebu-gebu oleh mu. Aku tak bermaksud
mengganggu kalian. Aku tak berharap kau meninggalkannya dan kembali pada satu
kata yaitu kita, hanya saja aku menunggu dengan takdirku dengan mu. Jangan
hiraukan aku…
Ya, mungkin ini suatu
tanda, Apa kabar mu? Aku merindukanmu.
N’S
Friday, November 15, 2013
0
komentar