asa


ASA
                                                                                                Putri Bunga S.P



Tak perlu gusar melihat cinta tak beraga
Ketika asa lebih besar dari sebuah keyakinan,
Siapa tega menggenggam rasa?
Hanya puing-puing harap yang tersisa

Lancang bila kau sebut aku pencundang
Meski aku tak memegang
Diam-diam ku memperjuangkan
Untuk kenangan yang tak pernah lekang

Aku sakit kataku,
Engkau begitu angkuh
Mempertahankan masalalu
Keindahan yang begitu sendu

Kali ini kaulah puisiku
Goresan indah dalam jemariku
Harmoni selaras dalam baitku


Sayang, simfoni mu tak lagi berdebar
Membuat  dinding kelabu telah terpancar
Mataku berbabak nanar
Untuk kamu , yang membuat inginku berakar.





Apa Kabarmu?


Kini dari sisimu..

Keputusan terakhir kita pada saat itu, oh keputusan mu untuk kita. Bukan kah itu yang terbaik? Ada apa dengan mu? Semua pesan singkat itu tak  menjelaskan apa-apa, apakah tentang air mata atau tentang bahagia.
Aku tetap mengamatimu dari jarak yang cukup jauh,tanpa harus ada kata atau tatap mata.
Aku rindu dengan ego mu, aku rindu setiap celotehan mu untuk ku dan setiap “tatap muka” dalam kita. Ku pikir kau telah bahagia dengannya, sosok yang telah menggeser ku dari kata kita.  Sudah ku katakan bahagia mu bagian dari bahagia ku, aku pikir dia lebih baik dari ku. Ini semua bukan tanpa alasan, Dia adalah salah satu orang terdekat mu dalam hati maupun jarak.. tak sepertiku.  dia adalah salah satu orang yang ada dalam wujud fisik dan batin saat kau butuh… tak sepertiku.
Tak jarang ratusan pesan singkat dari mu yang telah ku simpan ,ku baca satu persatu
tak jarang pula ku buka kembali setiap kejadian menyenangkan yang telah kita abadikan dalam puluhan lukisan foto.
Aku memang telah menggenggam tangan lain ,ini masih terasa berbeda saat ku genggam tangan mu selama 2 tahun terakhir…
Ku lakukan ini semata karna aku tak ingin mengganggu kalian. Jujur, saat tak ada yang menggantikan posisimu, aku akan terus memikirkan mu.. yang bukan milik ku lagi. Sudah cukup ku buat kau menangis sendirian, kau tersiksa pikirku. Aku bersyair dalam doa untuk kalian yang akan berdansa dalam kebahagiaan, bukankah kau mendoakan hal yang sama untuk kami di sini? Hanya satu yang ingin ku tahu dari kita, apakah kita bersama lagi dalam kesendirian esok hari?
            Apa kabar mu? Aku merindukanmu.


Kini dari sisiku..

            Entahlah, dia hadir di saat yang sangat tepat. Saat banyak sekali pertengkaran yang hadir dalam kita, saat cuek menyelimuti mu, saat dingin menggapaimu dan saat setiap waktu mu untuk ku yang mulai menghilang. Bukan kah harusnya kau mengerti aku membutuhkan mu.. . dulu, aku juga sering berkata demikian dan sudah ku peringatkan bahwa kau membuka celah untuk orang baru dan hanya kau hiraukan.
            Aku ada di titik penghabisan ,saat menghadapimu dengan segala dunia mu tanpa aku. Ini begitu menyakitkan, membiarkan segalanya pergi. Aku terluka walau tak ku katakan.
Apakah salah mencoba membuka bagian baru dalam hidupku? Aku lelah..
Ya memang dia membuat ku bahagia. Ku yakin kau telah bahagia pula disana… tanpa aku.
Setiap orang berbagi dengan caranya sendiri, begitu pula kau dan dia. Aku memang bahagia.
            Entah ini apa namanya, aku memikirkan mu atau merindukan mu. Kabar mu yang tak kunjung hadir setelah hari itu terlewati membuatku tersiksa. Masih ada kah aku di dalam pikiranmu? Hmm.
Kembali pada pandanganku, setiap orang berbagi dengan caranya sendiri. Aku bahagia dengan miliku kini, namun nyatanya kami berpisah. Mengapa? Tidak bahagia? Bukan, hanya saja kurang pas dengan caraku.
            Aku takut ini suatu tanda, saat aku mulai lebih sering menyebut namamu kembali, saat aku di hujani rasa rindu yang menggebu-gebu oleh mu. Aku tak bermaksud mengganggu kalian. Aku tak berharap kau meninggalkannya dan kembali pada satu kata yaitu kita, hanya saja aku menunggu dengan takdirku dengan mu. Jangan hiraukan aku…
Ya, mungkin ini suatu tanda, Apa kabar mu? Aku merindukanmu.

N’S


Pena Dan Secarik Kertas

“Kita pernah saling menjaga dan mempertahankan satu sama lain, kata mu esok itu milik mu dan milik ku dalam kita.”


Wajah lama dengan ribuan hari yang terlewati. Antara iya atau tidak, aku memilih mu. Satu lagi orang yang Tuhan ciptakan untuk menggores beberapa halaman berasama.  Tak asing mu karna terbalut sebuah kisah lama yang bermetamorfosis menjadi sebuah cerita baru. Perjalanan baru saja dimulai, sebuah rasa yang tumbuh tanpa harus bertatap kenyataan.
Masih aku ingat persis hari itu,bagaimana matahari enggan menampakan dirinya sedikitpun.. mungkin ia malu dengan canda manis delapan anak saat itu. Sebuah tatapan mata tak biasa kau luncurkan, cinta mu hadir terbungkus butiran gerimis yang mengguyur. Ini bukan kebetulan, susana dingin kala itu tak kujamah sedikit pun.. aku benar-benar sadar dan aku merasa hangat dalam pejaman sang mentari.
Semuanya mulai saat belum di mulai oleh mu atau aku, aku mencoba memahami legamnya kisah ini. Sebenarnya ceritaku tak beralur, aku hanya mencoba hanyut bersamanya. Malam itu, kau tegaskan lagi legit cinta yang kau rasakan.. ‘aku merasakannya’.
Menerima mu menjadi pena dalam secarik kertas ku berarti menerima cerita yang akan pena goreskan ke dalam putih keras itu. Ragu jelas menampakan batang hidungnya namun semilir angin kepercayaan perlahan menyirnakannya. “Beri salam bagi jarak yang akan aku tempuh..dan juga kamu”  aku mulai menapakan kaki ku pada hal baru yang fana..  hati ku menolak terkejut, namun itu yang pena goreskan.. daratkan satu pelukan hangat pada beberatus kilo meter dan bejuta detik yang membentang sekarang.
Lihat?  Sekarang rinduku semakin menajam, tak seperti biasanya. Cerminan hari itu membuat ku enggan berhenti mencari kata pertemuan. Aku menang melawaan jarak saat ini. ‘Gerimis ku adalah kamu, perpaduan sendu dan tenang... di rindukan saat ceriknya matahari membakar , namun kadang butiran mu yang menyayat.’
Apa yang akan pena coretkan kali ini?  Kelopak mata ku membuka lebar membelagak pada rangkaian huruf yang baru saja tersusun dalam halaman kali ini. Aku sadar betul akan hal itu, namun haruskah ia... . meraka bilang perbedaan itu indah, namun ini kita memang beda, akankah indah seperti katanya? Seketika kelu dari bibir ini terasa... namun, selalu saja bisu ini memilih menampakan diri. “Tuhan memang satu, kita yang tak sama”  mungkin ini terlalu masam untuk  satu rasa yang kita sebut sayang, pasrah yang kemudian membuat jejak kita berubah manis masam karena ragu.  ‘Saat alur telah tertetesi asam hingga berkarat haruskah alur itu patah tak membekas?’ jika memang iya mungkin aku tak sanggup meyatukan alur itu lagi , takut lebih dulu menghantui ku. Namun rasa bersikap lain.Sesyair doa bernafaskan harpan yang tak terucap bibir telah ku panjatkan.. karna yakin ku kita yang menjalani  Ia yang bertindak. Perbedaan ini rencana-Nya.
Kau tak tau betapa bangganya aku akan semua halaman-halaman baru ini. Namun, tidak semenjak sore itu. Deru tangis menghantui perasaan ku, kali ini ragu memang benar-benar bertengger dalam benak ku.. kau kemanakan hatiku yang selama ini kau genggam? Pekatnya aroma perubahan telah membuka jalan baru bagi mu. Benarkan ada hati baru yang mulai kau singgahi? Aku tak tahu, aku tak dapat melihat mu... ini bukan kata ku, namun kata hati ku. kemana hilangnya waktu mu untukku? dimana segelintir perhatian tak bersyaratmu untukku?. Pertengkaran hebat telah merapuhkan sisi lain dari rasa kita. Mungkin ini akhir dari segala rasa yang telah ku kecap selama ini, kita akan menjalani kisah lama kita, dan kau masih akan tetap menempati sosok tak asing itu.
Lepas kan aku jika memang kau ingin, pulanglah pada ku jika memang hati meminta mu.. tapi tolong jangan kau kenalkan diri ku pada satu yang tak pasti. Dan sekarang kecewa membungkus hati ku. Aku kehilangan mu sebagai sosok sahabat dan kehilangan mu sebagai milik ku.
Dan sabtu manis kala itu terhenti pada selasa sendu di iringi sapa lembut butiran gerimis yang sama.


Aku menunggu mu...

     Hai, perkenalkan aku adalah orang terdekat mu yang mungkin paling jauh untuk mu.
     Aku adalah pengagum indah senyum mu, pendengar setia keluhan mu, penikmat alunan lagu dari hari-hari mu, yang semua ku lakukan tanpa sepengetahuan mu. Aku tetap setia melakukannya meski senyum itu bukan untuk ku , meski keluh mu tak bertepi dan meski bukan aku yang ada di dalam hari-hari mu.
     Ini salah satu kebodohanku yang menyenangkan.. Bagaimana rasa itu tumbuh untuk mu,sedang kau bersamanya. Jangan kau tanyakan.. Aku pun tak paham. Aku tak mengharapkan rasa itu datang kepada ku yang teruntuk mu, teman ku. Tenang saja..  Rasa ini lebih lama dari yang kau tahu,kalau pun kini kau peka akan sisi lain dari hati ku hiraukan lah.. Jalani hari indah mu dengannya, sebagaimana kau jalani sebelum kau mengerti perasaan ini .
     Aku tak akan merebut mu darinya, kau tahu aku menyayangi mu.. Maka aku akan terus berusaha membuat mu bahagia. Jika kau bahagia bersamanya.. Maka akan ku buat kalian terus bersama. Aku tak munafik, aku memang sakit.. Sedikit sakit. Namun, aku lebih senang menunggu sampai saat itu tiba, kalaupun takdir tak mengijinkan setidaknya akan ku nikmati semuanya bersama mu.. yang bukan milik ku.
     Lelah? Sering ku rasakan saat  mengejar yang tak mungkin ku dapatkan.. . Apa lagi dengan sikap mu yang seakan mempermainkan ku, kau pernah memberikan perhatian yang cukup menyenangkan bagi ku, membiarkan ku masuk kedalam kehidupan mu seakan kau nyaman dengan keberadaanku. Namun tak jarang kau tak menghiraukan ku, berubah menjadi dingin tak terbaca, bahkan menjauh dari ku.
     Pernah ku bayangkan andai saja ku mengenal mu lebih dulu darinya mungkin kita adalah aku dan dirimu, bukan kalian yang berarti kau dan dia. Hahaha andai saja.
     Aku tak pernah memaksa mu membalas rasa ku, sisip kan aku di ingatan mu dan hari mu, itu sudah lebih dari apa yang aku mau.. . Tolong jangan balas rasa ini jika terpaksa jangan juga kau diamkan aku, anggap saja aku teman biasa mu. Setidaknya itu membuat mu tidak menjauh dari ku, aku tak akan bisa jika ada jarak antara kita, jika tak ada sapa bahkan pesan singkat dari mu.
     Mungkin kau berfikir mengapa aku memilih mu, teman terdekat ku sendiri.. Mengapa bukan orang lain. Jawabannya karna memang rasa ini hanya untuk mu. Jika saja kau mengerti..

"Aku tak butuh menjadi milik mu, aku taku butuh nama ku ada di bio twitter mu, aku tak butuh kau panggil sayang,  karna 'dia' yang butuh semua itu.. Lanjutkanlah untuknya, aku menunggu mu :) "

Yang Bertahan,Yang Tersakiti


Untukmu yang membuat rinduku selalu menggebu.
         
Tak terasa langkah kita yang bergitu pendek dapat mempuh waktu yang selama ini. Seperti biasa hangatnya peluk dari rinduku telah menenangkan ku malam ini, setidaknya rindu ini tetap setia saat tak ada aku di dalam ingatan mu. Hehe maaf ya mungkin kau sudah bosan mendengar kan kata rindu yang basi dari ku. Ku sempatkan beberapa menit untuk membaca beberapa pesan singkat mu yang manis. entah.. aku merasa bahagia saat membacanya, bisa ku rasakan bayangan senyum kecil yang di ciptakan perasaanku. Sayang.. pesan singkat itu ku terima berbulan-bulan lalu, tidak untuk sekarang, hari ini atau mungkin besok.
Aku tau, aku ini hanya kekasihmu dan tak berhak atas hidup mu. Aku tak lebih dari seseorang yang kau panggil ‘sayang’ , mendapat sebagian perhatian mu hanya sebagai bonus dari hubungan yang kita ciptakan ini. Aku tak berhak marah bahkan cemburu... walau sebenarnya aku tetap cemburu. Semua pemandangan itu seakan menampar rasa ku yang tulus , ini hanya guyonan.. namun melihat mu memanggilnya dengan apa yang kau panggil kepada ku, melihatmu mencubit lembut pipi-pipi yang lain, itu menyakitkan! Selalu saja... “aku gapapa, aku ngerti kok :) “ hffff.
Hari ini sapa hangat mu tak kunjung tiba “mungkin dia sibuk” jujur, aku merindukan mu.  Seperti yang kau katakan waktu itu “maafkan aku, aku di sini juga punya kesibukan.. nggak cuma kamu”. Untuk mu yang mungkin sedang sibuk, sayang... aku mengerti dan mungkin akan mencoba selalu mengerti dengan keadaan mu.. namun, kau terlihat biasa-biasa saja saat menjalani hari-hari sibuk mu...  tanpa aku. Tapi aku? Dalam mengerti ku, aku merindukan mu.. aku mengkhawatirkan mu. Ya sudahlah.. aku memang harus bersabar. Aku sayang kamu, ya.. itu alasan ku.
Aku tidak pernah menyesal menjadi orang yang selalu menetaskan airmatanya saat perdebatan datang, karna aku yakin suatu saat peluk hangat mu akan mendarat di badan ku saat air mata ini mengucur, aku masih percaya itu. Aku tidak pernah malu saat semua orang menganggap aku bodoh mempertahankan kesakitan ini.
Aku menulis ini saat aku benar-benar mengingat mu, saat mulut ku tak mampu lagi mengucap setiap keluhan ku, saat air mata ku tak mampu lagi membendung setiap air mata ku, saat ratusan perasaan rinduku  yang tak terbalaskan.
Jujur saja sayang, aku tak pernah keberatan dengan keadaan ini, sebisa mungkin aku selalu bersyukur karena keberadaan mu.. . Hanya tolong pekalah aku membutuhkan mu, kuat ku dirimu.

Dariku yang selalu mencoba mengertimu.

Perubahan ku atau kita?

Tak selamanya langit berwarna biru, ia akan berubah menjadi jingga atau putih bersih,melukiskan setiap arti cerita yg berbeda.

Aku merindukan setiap bagian dari hidup mu, setiap bagian dari diri mu. Kini hitungan detik menenggelamkan diriku dalam kita, dan kini hanya ada dirimu.. .
Aku kehilangan langit sore ku, yang melukiskan keindahan sebelum malam menyapa. Ada apa dengan sapa mu sebelum fajar tiba? Apakah is bosan atau enggan menyapa lagi?
Hmm.. Kini kau begitu dingin,bahkan aku tak mengenal mu lagi. Ucapan dari hati mu tak lagi untuk ku.
Lihat,jemari jemari ini merangkai tertutup rapat. Air mata indah mulai menampakan diri, dalam bait-bait yg kala itu ku baca,tak lepas dari mu.
Kau tahu, bukan hanya aku.. Kita menyadari perubahan ini. Namun satupun enggan membuka apa yang di rindukan.
Kau membatu dan rinduku mulai membosan. Ah sudahlah.
Kini, harus kah kita saling menyalahkan atas perubahan ini?
Aku tau kau merindukan aku yang semanis dulu dan sebaliknya, aku merindukan mu yang terlalu sabar. Dan intinya kita merindukan kita.
Perhatikan..
Aku tetap merindukan mu meski rindu ini mulai mengikis
Engkau tetap mencariku walau engkau mulai membatu
Ini memang perubahan ku, juga perubahan mu.. Namun bukan perubahan kita. Bahkan dalam perubahan ini kita yang sekarang menjadi lebih mengerti dan dewasa.

'peka,pahami waktu dan maksud keadaan karna kita berubah untuk langit yang lebih indah'

Luluh

Mengenai mu.. Aku mulai tak paham, tentang alur cerita yang kau bacakan kepadaku. Suara mu mulai mengecil dan terbata-bata seakan lelah..
Aku memberikan hangatnya senyum dari dunia ku, asal kau tau senyum itu yang kau beri dulu.
Saat waktu semakin menjauh , aku merasakan tekanan yang hebat dari dongeng malam hari mu, dengan kalimat yang menusuk, dengan nada perlahan namun pasti. Kini.. Aku kehilangan mu.
Dongeng dongeng lain muncul dengan wajah baru,memberikan warna cerita lain di hidupku.
Apa kau tau? Cerita ini tak seindah cerita mu,semua berakhir sama, menekan perasaan ini.
Pernah dengar istilah 'capek peraasan' hahaha kini aku merasakannya. Tak peduli keadaan ku,kini semuanya memaksa ku untuk bertahan dalam ketidak pastian.
Aku harus bertahan agar dongeng berakhir bahagia.. Tanpa kekecewaan di satu wajah pun.
Aku luluh bertahan di dalam lautan kebahagiaan yg sedih ini.
Luluh ku tak bersyarat.. Karna kata dan aksara tak mampu mengungkapkan.